Touch n’ Go





Touch my body
Know you love my curves
Come on and give me what I deserve
And touch my body
Mariah Carey – Touch My Body

Lagu yang enak didenger tapi saya ragu buat nyanyiin ini lagu keras-keras hahahahaha. Kenapa saya malah nulis lirik lagu ini? Karena lagu ini yang ada diotak saya waktu saya liat tulisan Touch n’Go. Tulisan ini entah kenapa bergentayangan dimana-mana waktu pertama kali saya datang ke Kuala Lumpur (Horeeeee).


(Gerbang Tol)
Saya mau jujur dulu, sebenernya ini tulisan yang saya kasih buat salah satu tugas tambahan saya. Tapi saya juga pengen posting tulisan ini diblog yang semakin lama semakin sepi. Tsktsktsk..
Seperti yang kita tahu, Malaysia merupakan salah satu negara komanwel  yang merupakan bekas jajahan Inggris. Dimana Malaysia diberikan kemerdekaannya, yang sekaligus menjadi negara serumpun yang merupakan bagian dari Negara Inggris. Selain sebagai negara komanwel, Malaysia pun saat Perang Dunia II menjadi negara yang berada di pihak Blok-Barat.
Saya baru tahu, ternyata Malaysia pun merupakan sebuah negara federasi yang terdiri dari tiga belas negara bagian dan tiga wilayah persekutuan di Asia Tenggara. Dengan ibu kota Kuala Lumpur dan Putrajaya menjadi pusat pemerintahan persekutuan. Bentuk pemerintahannya sendiri adalah monarki konstitusional, yaitu berupa negara kerajaan yang diatur oleh konstitusional. Dimana kepala negaranya merupakan seorang raja yang disebut dengan Yang di-Pertuan Agong. Sistem pemerintahannya sendiri merupakan sistem parlementer Westminster, yang merupakan warisan penguasa kolonial Britanis.


(Putrajaya)
Foto saya waktu mengunjungi Putrajaya sebagai pusat administrasi Malaysia (narsis). Awalnya saya bingung, kenapa banyak bendera yang ngelilingin bendera Malaysia. Awalnya saya pikir itu bendera negara serumpun tapi mana bendera Inggrisnya? Atau setidaknya mana bendera Singapurnya. Dan akhirnya saya menemukan jawabannya kalau ternyata itu bendera negara-negara bagian di Malaysia.  
Top Down planning merupakan model perencanaan yang dianut oleh Malaysia. Dimana perencanaan yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan sebagai pemberi gagasan awal serta pemerintah berperan lebih dominan dalam mengatur jalannya program yang berawal dari perencanaan hingga proses evaluasi, dimana peran masyarakat tidak begitu berpengaruh.
Indonesia terkenal dengan demokrasi yang kebablasan nah ternyata Malaysia pun disebut sebagai negara demokrasi (tidak seutuhnya) karena  adanya pemilihan umum dan penghapusan ISA (akta keselamatan dalam negeri). Dimana jika ada individu yang bersuara atau berpolitik serta mengancam keamanan, maka akan ditangkao dan dihukum sesuia dengan peraturan yang berlaku di dalam akta ISA. Namun negara demokrasi itu tidak terlalu nampak di dalam diri Malaysia yang masih menggunakan perencanaan top down. Yang padahal demokrasi sendiri berarti dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat. Jadi masyarakatnya sendiri tidak berperan lebih aktif karena peran pemerintah yang lebih dominan dibandingkan peran dari masyarakat itu sendiri.
Tapi ada satu hal yang membuat saya tertarik dengan negara Malaysia yaitu beberapa pelayanan pemerintah Malaysia menggunakan sistem self service. Hm~ Indonesia juga ada sih, salah satunya yang paling kita sering lakukan adalah belanja di super market hehehe. Self service ini terjadi karena kemajuan teknologi yang membantu penyedia layanan agar pelayanan tersebut dapat terselesaikan dengan lebih efektif dan efesien (bahasa anak AN banget)
Karena penyedia layanan public sendiri tidak hanya diberikan oleh pemerintah tetapi juga oleh pihak swasta. Maka dalam pelayanan transportasi umum di Malaysia menerapkan konsep TOD (Transit Oriented Development). Konsep ini membuat masyarakat memilih angkutan umum dikarenakan  stasiun stasiun MRT  bawah tanah, halte bus, dan term berada ditengah pusat perekonomian untuk memudahkan para penumpang. Dan penumpang sendiri cukup menggunakan satu kartu untuk menggunakan MRT, LRT, Bus dan Term sebagai sistem ticketing yang terintegrasi.
Nah ini dia inti judul yang mau saya jelaskan..
Touch n’ Go,  merupakan teknologi berbasis sistem pembayaran elektronik dengan menggunakan kartu pintar tanpa sentuh yang menggunakan teknologi MIFARE. Secara teknis MIFARE adalah teknologi komunikasi radio frekuensi transmisi data antara kartu pintar tanpa sentuh dan alat pengibas.Kartu ini sendiri dipasarkan oleh Jaringan Segar Sdn Bhd, dan alat pemindai Touch n’ Go  diproduksi oleh sebuah perusahaan Malaysia yaitu Cipher Tec (M) Sdn Bhd.
Dulunya kartu ini merupakan salah satu sistem yang dirancang untuk memproses sampai  800 kendaraan perjam untuk mengurangi antrian kemacetan di Plaza tol. Yang telah berinovasi sebagai kartu yang terintegrasi dengan pelayanan lain. Selain sebagai pembayaran dalam penggunaan jalan tol,  kartu ini dapat dipakai untuk berbagai angkutan umum seperti LRT, Monorel, Kereta Bandara (ERL) dan Rapid KL (bus), parkir mobil, pembelian tiket film, makan di restoran atau berbelanja di toko ritel. Tapi penggunaan kartu ini tidak sama sepertu kartu kredit. Jadi sebelum menggunakannya kita perlu mengisi saldonya terlebih dahulu.
Buat kalian yang tinggal di Malaysia dengan waktu yang cukup lama. Saya sarankan untuk memakai kartu ini. Selain karena lebih mudah tetapi juga menghindar dari lamanya dan panjangnya antrian jika memakai kendaraan umum. Di Malaysia tidak ada angkot apa lagi ojek. Kendaraan favorit mereka adalah LRT. Bus dan Taxi merupakan pilihan terakhir Masyarakat disana dikarenakan ongkos yang dikeluarkan cukup mahal.  




posted under | 0 Comments

My Little Brother



Sebelumnya saya mau minta maaf sama adik saya yang satu ini. Dia itu sering banget mampir ke kamar saya sebelum tidur. Sekedar cerita atau kadang godain saya kalo lagi ngerjain tugas atau nulis fanfiction tapi gak pernah saya tanggepin hehe. Hebatnya dia kadang tahu kalo saya lagi gak mau di ganggu loh! Hahahaha


Kebetulan adik saya itu laki-laki. Taulah laki-laki itu macam apa? Hebat kalo tahu, saya aja bingung ma makhluk keturunan adam satu itu. Saya lebih banyak diem sebenernya kalo dia mampir ke kamar saya. Soalnya dia yang bakalan curhat duluan sih.


Dan menurut saya adik saya itu kaya gini. 





Simbol perempuan banget ya? Aslinya iya kok. Dia itu orang pertama yang bakalan mengkritik baju yang saya pakai. Ngeselin sih tapi buat dia penampilan itu nomer wahid. Kata orang jangan menilai orang dari penampilannya tapi menurut dia penampilan merupakan penilaian pertama seseorang terhadap kita. Itu bener banget.  Kalau pun kamar kita sama-sama berantakan tapi menurut dia penampilan itu gak boleh berantakan. Saya pernah hampir nangis dicerewetin cuma gara-gara baju. Lucunya kalo kita jalan bareng pasti sering banget pake baju yang warnanya sama. Kaya tadi aja sama-sama pake warna merah. (Flower)


Dia itu keren kalo udah main gitar. Yeah! Saya salah satu fansnya hahahahaha. Saya sebenarnya suka lagu R&B, K-pop, Japan Rock, Mandarin, sampai lagu Thailand pun saya jabanin. Tapi tetep, saya lebih suka dengerin instrument. Yiruma buat piano, Gitar buat Depapepe dan Sungha Jung. Violin buat Sung Jung Ahn dan Saxofon untuk Kenny G dan Dave Koz. Soalnya romantiS. Dan kadang adik saya suka banget bikin intrumen dengan gitarnya. Menurut saya itu keren. Keren banget malah!! Intinya, menurut saya adik saya itu romantis hahahaha (Guitar)


Buku dan penulis. Itu salah satu cita-citanya, tapi sayang dia kadang suka males dan gak pede. Kadang hal kecil sekali pun dia anggap itu romatis. Walau pun menurut saya itu cheese banget atau itu tuh labil banget. Tapi menurut dia, remaja itu wajar kalo labil dan bersikap sok dewasa itu gak banget. Dan menurut saya dia itu bijak banget, mungkin karena dia lebih sering baca dibandingkan saya (apa hubungannya?). Tapi beneran deh, ngedengerin omongan dia kadang suka kesindir atau malah dapet pencerahan. Jadi menurut saya pilihan dia buat masuk jurusan psikologi itu pasa banget.


Kalo dia lagi bosen, dia lebih suka pergi ke toko buku dibandingkan pergi ke bioskop. Adik saya itu pencinta buku roman, dia lebih suka cerita-cerita romantis dibandingkan fiksi ilmiah. Dan dia itu paling gak suka banget sama novel terjemahan. Beda banget sama saya yang tergila-gila dengan karangan Michael Scott yang membuat serial novel The Alchemist. Dia lebih suka produk lokal dan itu berdampak juga sama selera lagunya. Dia lebih suka lagu galau nan mendayu. Sedangkan saya lebih suka lagu yang R&B atau Rock sekalian. Jadi kadang kita suka tukeran lagu-lagu keren hahahhahaha. Oh! Dia juga punya koleksi buku yang lumayan banyak walau pun kebanyakan gak abis dibaca. Tapi yang saya kagumin dari dia adalah dia itu jago bikin puisi.(Book)


Saya itu orangnya rada males keluar rumah dan saya itu buta arah. Dalam sebulan bisa diitung berapa kali saya nyasar. Dan dia itu kadang gemes sendiri sama saya. Sorry broh! Jadi dia kadang yang suka nawarin buat nganterin keman-mana atau dia nawarin buat jemput dan anter saya ke kampus. So sweet. Yang bikin saya pengen ketawa adalah kalau saya males makan dan dia mulai kesel sama saya. Dia bakalan beli ayam dari CFC buat saya. Atau beli apa pun itu, pokoknya biar saya makan. Ngomong-ngomong tentang badan, badan dia juga jauh lebih lebar dan lebih tinggi. Jadi kadang dia suka dikira abang saya. Kalau ketemu temen papa juga kadang saya dikira anak bungsu. Soalnya dikeluarga besar saya. Saya itu paling pendek, padahal menurut temen saya di kampus saya itu lumayan tinggi.


Ah iya, kalo nyebrang jalan juga. Kadang dia megang tangan saya. Atau kalo lagi jalan-jalan ditempat rame juga dia suka megangin saya. Dia bilangnya, biar saya gak ilang soalnya saya itu pendek. Damn!! (Guardian Angel)


Dia termasuk cwo yang cerewet kalo deket sama orang. Keliatannya aja kalem dan sok misterius. Tapi sebenernya dia itu cerewet, semuanya di komentarin. Lucunya, dia suka sama cwe yang beda kelas dan gak terlalu deket sama dia. Galaunya anak SMA itu lucu.. oh my~ saya suka senyum-senyum sendiri ngedenger kegalauan dia sambil main gitar.


Dulu waktu kita di pesantren, kita termasuk orang yang ditakutin. Hahahahah Dia yang gampang emosian dan mukulin orang, Dan saya yang suka ngomong pedes ampe dibilang bebek killer dan  katanya mata saya itu nyeremin. Kelakuan kita ternyata sama-sama ngebuat kita dijauhin sama semua anak kelas. Kalau saya dibagian para perempuannya sedangkan dia dijauhin sama anak laki-lakinya. Dan itu semua membuat kita belajar, kendalikan emosi.  (The Comment)


Kita berdua gampang banget berantem tapi cepet banget buat baikan. Hahahahahahaha marahan itu gak enak. Sampe tetangga dan beberapa sodara heran ngeliat kita berdua udah kaya orang pacaran. Kemana-mana berdua mulu. Abisnya, kita itu orangnya kaku kalo ketemu orang baru dan senyuman kita kadang keliatannya ngeremehin. Sebenernya, kita itu bingung.


Yang bikin shock adalah adik saya itu pengamat yang amat sangat baik..


Jadi keinget cerita dia tentang temennya. Dan wownya ceritanya mirip banget sama apa yang saya alamin. Bedanya temennya itu cwo sedangkan saya dipihak si cwenya. Tentang si cwenya yang ngedeketin cwonya karena iseng. Dekeeeeeeeeet banget karena selera lagu dan sama-sama penggemar game. Tapi sayangnya mereka malah jauhan karena salah paham. Cuman dicerita saya, saya yang ngejauh sedangkan di cerita adik saya sang cwo yang ngejauh. Ending ceritanya sama, kita gak bisa bareng-bareng lagi, dan rada kaku kalo misalnya ketemu.


Disitu adik saya bilang.


“Nah, temenku itu bilang, menurut nofal, dia harus deketin lagi atau jauhin aja langsung?”

Disitu saya nunggu jawaban adik saya. Soalnya saya juga penasaran sama jawaban yang menurut adik saya bener. Tapi dia malah bilang gini..

“Kok nanya ke aing sih? Kan elu yang ngerasain sendiri,” saya malah bengong ngedenger jawabannya. 

“Menurut maneh, meningan milih yang mana?” (orang sunda yang mencoba bersikap gaul dengan gw elu tetep aja bakalan kecampur ma bahasa daerah sendiri)

“Deketin lagi.”

“Ya udah deketin lagi aja.”

Disitu saya mikir. Kita berdua, maksudnya, saya dan temennya itu punya alasan yang sama. Kalau temen adik saya milih buat ngedeketin tapi saya malah milih buat ngejauhin aja. Tapi alasan kita sama banget kok. Tapi satu pemikiran temen adik saya ngebuat saya sadar, cwe gak harus dipihak yang menunggu. Padahal kata-kata itu ada di fanfic yang baru saya tulis!!!!

“Tapi masalahnya, krom (disekolah, adik saya dipanggil Akrom) dulu, cwe itu duluan yang ngedektin aing.”

“Terus?”

“Jadi aing bingung buat ngedeketinnya lagi.”

Nah itu dia intinya!! Kenapa saya malah ngarep buat disamperin duluan? Menurut cwe, cwo itu ngebingungin. Padahal cwo juga kadang bingung ngadepin cwe. Disitu saya ngerasa adik saya bijak banget hahahaha soalnya dia bilang..

“Ya udah, sekarang saatnya lu ngerasain gimana rasanya pas ada diposisi tuh cwe..”


Tapi saya masih penasaran ama persahabatan para-para cwo. Karena saya juga pernah ngeliat mereka berantem sampe nangis bareng. Dan itu gak ngebuat saya mikir. Idih banci banget!! tapi menurut saya itu keren banget. Karena saya pikir, sahabat itu bukan yang cuman ketawa-ketawa bareng tapi sahabat juga bisa saling maki sebagai salah satu bentuk penyemangat.


Intinya saya belajar banyak dari adik saya. Slah satuanya Menurut dia langkah kaki sampe kedipan mata aja bisa menggoda cwo loh! Walau pun itu gak sengaja atau bahkan gak disadarin. Yaelah~ rempong amat jadi perempuan. Makannya sampe sekarang dia tetep maksa saya buat pake baju longgar. Hahahahha


Yeah! Ini tulisan diselesain satu malam. Dan kebetulantadik, saya harus ke Jonas Banda buat foto bareng. Karena dia tahu saya itu suka nyasar walau pun udah dikasih tau angkot mana yang dipake. Dan kebetulan dia butuh temen buat nemenin dia terapi. Jadi dia mau nganterin saya hahahahahaha


Dan sama seperti fanfic yang dulu saya buat walau pun hasil remake. Saya mau bilang Thank’s My Brother..

posted under | 0 Comments

TROTOAR PUNYA CERITA : SANG PENGENDARA MOTOR



Kaku banget yak ni judul. Tanpa kita sadari atau sayanya aja yang baru nyadar kalo motor dan trotoar itu udah sohiban banget, gak cuman pejalan kaki aja loh! apa lagi pas jalan lagi macet. Woh! Tiba-tiba jiwa idealis saya keluar. Tapi saya gak lagi ngomongin kesalahan para pengendara motor yang kretifitasnya terlalu berlebih kalo lagi macet. Para seniman mah out of the box nah, mereka mah udah dibuang boxnya soalnya ngehalangin mendingan bikin jalan aja biar motor bisa lewat.

Jadi ada apa dengan trotoar dan motor? Saya itu termasuk saksi gak bisu dari mereka semua..

Ceritanya saya mau pulang ke Lembang dari Jatinangor. Singkatnya, saya lebih milih naik bus Jatinangor-Dipati Ukur. Menjelang bus mau mendekati DU jalanan udah rada macet, masih di tengah jalan si abang kondekturnya bilang. “Macet neng! Yang mau ke Unpad DU disini aja turunnya!” Kita sih nurut-nurut aja, soalnya udah biasa sih. Kenapa? karena ini hari sabtu, hari dimana mobil plat D keluar dari rumah, gak cuman plat D abjad yang lain ikut-ikutan keluar buat refresing di Bandung. DU itu macet karena ada tiga cabang jalan kalo ke kanan ke dago, ke kiri ke pusat bandung dan kalo lurus itu arah ke Lembang. Nah, tiga tempat itu tujuan wisata tapi yang kena apes macetnya hampir semua daerah Bandung.  

Karena sedang panas-panasnya jadi saya masuk ke dalam mesjid di UNPAD. Lumayan buat istirahat bentar. Dasar sayanya males masukin jas almamater UNPAD. Saya ketemu sama beberapa orang yang ngira saya panitia seminar. Jiwa kekepoan saya muncul. “Seminar apaan emang? Kok rame banget?” dia langsung jawab. “Seminar persib teh,” saya langsung pasang muka bengong. “Persib?” tanya saya lagi si teteh-teteh itu malah ngangguk dengan semangat sambil dadah-dadah gak jelas ke saya. Sebenernya saya mau nanya itu seminar isinya apaan? Persib itu maksudnya Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung yang peserta seminarnya bobotoh ma viking semua atau singkatan acara yang jauh dari kata bola?

Karena saya malah pusing sendiri dengan ke-kepoan saya. Akhirnya saya memutuskan untuk mencari angkot. Nah, gak tau kenapa saya malah milih jalan meter buat nyari angkot, dipikiran saya kali aja angkot-angkot pada ngumpul disatu titik (dodol garut emang). Pas saya lagi fokus-fokusnya nyari angkot warna ijo dengan tulisan Caheum-Ciroyom. Tiba-tiba ada motor yang menghadang jalan saya. Ini ngapain motor ikut-ikutan lewat trotoar? Tapi, mau gimana lagi, saya cuman bisa diem aja, kaya ngehalangin jalan. Soalnya kalo saya ngegeser ke kanan masuk got, ngegeser ke kiri mentok ma mobil. Nah si motor lebih bingung lagi, mau maju ada saya, mau mundur ada motor yang lain ngantri.

Akhirnya mau gak mau dia belok lagi ke jalan, tapi sialnya di trotoar depan saya itu ada selokan (saluran pembuangan) yang lumayan kecil. Buat dia dan para pengendara motor yang lain sih mulus-mulus aja. Tapi waktu sebuah moto NINJA MERAH dengan pengendara yang gak kalah KECE lewat. Eh~ tuh ban motor malah pas banget masuk ke dalam selokan.

Saya yang dari tadi menikmati aksi para motor berlalu lalang di atas trotoar dengan mulusnya langsung teriak, “JIAH!!” spontas saya ketawa ampe ngakak disitu. Gak sopan sih, tapi kalo dia marah saya udah punya ancang-ancang buat bilang “Salah sendiri lewat trotoar.”  Tapi ternyata si pemilik malah ikut ngakak sambil bilang. “Punten neng~” salam harus dijawab jadi saya jawab aja. “Mangga akang,asa komedi soalnya penumpang mobil disamping saya malah ikutan ngakak. Dengan susah payah tanpa ada yang mau ngebantuin termasuk saya akhirnya itu ban keluar juga. ‘HORE!’

Karena musibah ban Ninja masuk selokan, jadi yang macet gak cuman di jalan raya tapi trotoar ikut-ikutan macet. Saya mau protes trus teriak, “Trotoar itu hak pejalan kaki, bung!!” lah ndalah, gak berlaku di Indonesia mah. Jadi saya pasrah, anggep aja lagi liat motor cross ngelewatin rintangan selokan. Buat motor itu yang penting muat yang penting cepet gak perlu banyak mikir tancap gas aja.

Saya bosen dong nungguin mulu akhirnya dateng satu motor terakhir, pengendaranya sepasang suami istri dengan bawaan belanja yang buanyak dan kantongnya guede banget. Belum juga nyampe selokan (loh?!) tuh motor udah oleng duluan. Hampir aja masuk got. Untuk bapaknya termasuk suami siaga jadi biar gak oleng kakinya langsung turun buat menyeimbangkan motor.

Atuh bapak ati-ati!” omel si istri. Sang suami cuman ngangguk-ngangguk, mukanya udah suntuk banget. “Ini bawaannya banyak pisan!”

“Ya sok atuh benerin posisinya biar ibu sama belanjaannya gak ikut jatoh,” si ibunya langsung benerin posisi sama benerin kantong plastik yang gak tau isinya apa aja tapi bisa ngegelembung dengan maksimal. “Udah siap?”

“Belum pak!”

Saya yang nonton tiba-tiba nepok jidat dengan agak keras ngebuat si pasangan suami istri itu kaget. Ngapain malah diem, bukannya nyari angkot. Saya cuman nyengir sambil ngelewatin mereka, karena saya lahir di daerah Sunda jadi saya malah bilang “Punten~” dan karena bapak sama si ibu masih sibuk sendiri mereka malah nyuekin saya. -_____-“ ini nih pasangan berasa dunia milik berdua yang laen cuman pajangan.

posted under | 0 Comments

I CRIED FOR MY BROTHER SIX TIMES (HUNHAN/BROTHERSHIP)


Aku lahir disalah satu desa terpencil di daratan Tiongkok

AH!

Maaf, jika kau berharap ini sebuah cerita sebuah keluarga bahagia dimana ayahku yang selalu giat bekerja memiliki sebuah perusahaan besar. Didampingi seorang ibu yang memiliki senyum terindah saat dia membangunkanmu di pagi hari yang cerah. Serta seorang adik laki-laki yang selalu membuatmu jengkel tapi kau tetep akan menyayanginya.

Tidak..  Hidupku tidak seperti itu. Tapi hidupku toh tak seburuk dongeng Cinderella. Aku memiliki ayah yang giat bekerja demi menghidupi kami dengan membajak sebuah tanah kering, dibantu oleh ibuku. Setiap hari mau tidak mau punggu mereka menyapa sang matahari. Aku juga memiliki adik laki-laki sepertiku yang tiga tahun lebih muda dariku.
~~

Author pov~

“Belajar giat, hm?” tanya seorang wanita yang masih terlihat cantik namun tertutupi oleh raut kelelahannnya. Tangan wanita itu mengelus rambut anak sulungnya dengan lembut. Membuat seorang anak laki-laki yang serius mengisi jawaban menghentikan guratan pensilnya.

“Ya?” dia mendongakkan kepalanya menunjukkan parasnya yang tidak berbeda jauh dengan ibunya. Dia menatap seseorang yang menghentikan kegiatannya sambil menunjukkan senyumannya.  Tercetak dengan jelas bukunya yang bertuliskan Matematika kelas 6 SD.

“Bisa kau jemput adikmu?” dia menganggukkan kepalanya dan mengambil mantel yang tidak terlalu tebal dan sepasang sarung tangan.

Kalian pasti bingung kenapa dia tidak sekolah. Itu semua dikarenakan beberapa hari lagi dia akan mengikuti tes kelulusan dan khusus untuk kelas enam dibebaskan untuk tidak masuk sekolah. Agar mereka memantapkan pelajaran yang sudah diterima. Kalian bisa menyebutnya minggu tenang.

Butuh beberapa jam perjalanan untuk mencapai sekolahnya, itu semua kerena sekolahnya berada di desa yang berbeda. Udara yang dingin dengan jalan di penuhi salju menjadi tantangan tersendiri untuknya. Jika dia bisa mengeluh pasti dia sudah mengeluh. Tapi dia tidak mau adik satu-satunya itu mati kedinginan.

“Hei!” serunya dengan jalan tergesah-gesah. Anak kecil yang sendari tadi duduk diam disalah satu halte bus di depan sekolahnya, mendonggakkan kepalanya dan menatap kakaknya dengan berbinar. “Ayo pulang!” sedangkan sang kakak menatap iba adiknya yang terlihat kedinginan seolah-olah beberapa detik saja terlambat dia akan membeku ditempat sesunyi ini.

Mereka berjalan menuju rumah dengan langkah pelan. Semua jalan ditutupi salju mau tidak mau mereka harus berhati-hati dalam melangkah. Kedua tubuh mungil itu hanya berjalan dalam diam, seolah jika mereka mengatakan sepatah kata saja akan membuat tubuh mereka membeku.

Gé~” gumamnya dengan gigi gemertak. Dia menatapnya adiknya dengan bingung, biasanya adiknya tidak semenggigil itu. Adiknya kini tepat berada dibelakangnya, dia kembali menjejakkan langkahnya diatas salju dan adiknya akan menginjak bekas jejak kaki kakaknya agar tidak terperosok.

“Hm?” saat sang kakak  membalikkan badannya, dia menemukan sebelah tangan adiknya membiru. “Kemana sarung tanganmu yang lain?” tanyanya heran.

“Hilang,” cicit adiknya dengan ketakutan. Dia hanya mengerutkan dahi melihat ekspresi adiknya yang ketakutan. Dengan helaan nafas dia melepas sarung tangan kanannya dan memakaikannya ditangan adiknya.

“Sudah hangat?” dia tersenyum kecil saat kepala adiknyanya mengangguk dengan semangat dan menatapnya sambil tersenyum. “Ayo pulang, ibu sudah membuatkan makanan hangat untuk kita.” Dengan singkat sang kakak mengusap pucuk kepala adiknya yang terhalang kupluk merah yang warnanya sudah memudar.
~~

I CRIED FOR MY BROTHER SIX TIMES
|
XI LUHAN  AS  XI LUHAN
XI SEHUN AS OH SEHUN
|
BROTHERSHIP
|
ALL LUHAN POIN OF VIEW
|
ALTERNATE UNIVERSE
CANON
OUT OF CHARACTER (MAYBE?)
|
ADAPTASI DARI CERITA DENGAN JUDUL YANG SAMA “I CRIED FOR MY BROTHER SIX TIMES”
~~~


Bodoh

Aku tergiur dengan perkataan temanku. Aku mencintai sepak bola dan mereka jelas tahu itu. Dengan bodohnya, aku percaya bahwa ada sepatu bola seharga 10 Yuan. Aku hanya bisa menghela nafas ketika aku membuka kotak yang mereka berikan. Kau tahu apa yang aku dapatkan? Hanya sepasang sarung tangan terbuat dari rajut berwarna kuning dengan secarik kertas bertuliskan. “BODOH” Aku yakin sarung tangan itu bahkan tidak lebih dari 3 Yuan.

Senyum miris yang bisa aku tunjukan berbanding terbalik dengan mereka yang tersenyum mengejek padaku. Bodoh, rutukku dalam hati.

Seperti biasa aku berjalan pulang bersama adikku. Aku hanya diam sama sepertinya yang juga terdiam. Aku merogoh kantung celanaku dan menatap adikku yang juga sedang menatapku. Setidaknya 10 Yuan tidak terbuang sia-sia.

“Aku akan memberikanmu sesuatu tapi jangan protes,” mendengar perkataanku sontak mata Sehun berbinar dan menatapku dengan penasaran. Saat aku memberikan sarung tangan  berwarna kuning cerah, aku tentu sudah siap dengan nada protesnya. Aku terkejut menemukannya tersenyum senang.

“Terimakasih Gé.”

Jawaban yang cukup mengejutkan..

Saat aku dan Sehun melepaskan sepatu, betapa kagetnya kami menemukan ayah memegang tongkat  bambu panjang. Aku sudah tahu, pada akhirnya ayah akan menyadari uang 10 Yuan dari lacinya menghilang. Bahkan aura kemarahannya sangat bisa aku rasakan saat ayahku meminta kami berlutut menghadap tembok. Bahkan ayahku tidak memberikan kami kesempatan hanya untuk mengganti baju seragam kami.

“SIAPA YANG MENCURI UANG ITU?!” suara lantang ayah sontak membuat kami terdiam. Nyaliku menciut dengan drastis. Jujur aku takut ayah memukulku dengan bambu yang ada ditangannya. Seolah mulutku terkunci dengan rapat aku hanya bisa memejamkan mataku. “Baiklah kalau begitu, kalian layak untuk dipukul.”

Aku sontak memejamkan mataku dan menahan nafasku sambil menggigit bibir bawahku saat ayahku mengangkat tingi tangannya dan hendak memukul kami. Tapi sebuah tangan menahan tangan ayahku dan mencekram tangannya.

“Aku yang mencurinya ayah!”

BUAGH!!

Aku membulatkan mataku saat ayah dengan kerasnya menghantam tongkat yang ada ditangannya  pada punggung orang yang mengaku mengambil uangnya. Bukan aku yang mengatakannya tapi adikku..

Sehun

BUAGH!

“KAU SUDAH BELAJAR MENCURI DARI RUMAH SEKARANG, HAL MEMALUKAN APA LAGI YANG AKAN KAU LAKUKAN DI MASA MENDATANG?!” cerca ayahku tanpa menghentikan pukulannya

BUAGH!

BUAGH!

”KAMU LAYAK DIPUKUL SAMPAI MATI! KAMU PENCURI TIDAK TAHU MALU!” umpat ayahku. Seperti kesetanan ayahku terus memukul adikku dengan keras. Sampai akhirnya dia berhenti karena kehabisan tenaga dengan nafas tersenggal. Dia terus memarahi adikku dengan geram walau pun tidak memukulnya lagi.

Dan aku? Hanya bisa terdiam saat adikku dipukul karena kesalahanku. Luhan! Kau kakaknya hati nuraniku terus berteriak dengan keras. Tapi siapalah aku? Aku hanyalah seorang kakak pengecut yang berlindung di punggung kecil adikku sendiri.

Entah berapa banyak pukulan yang ayahku berikan. Yang aku tahu itu sangat banyak.  Ayahku terduduk dengan lemah dan meminta aku dan ibuku untuk membawanya ke kamar.

Sontak aku memeluk adikku dengan tubuh bergetar dan ibu membantunya masuk ke dalam kamar kami. Ibu tampak terisak saat mengobati luka adikku yang cukup mengerikan. Tapi yang membuatku heran aku sama sekali tidak menemukannya menangis. Aku meringis melihatnya menahan sakit.

Kami tidur berdua di atas satu kasur. Sampai tengah malam, aku tidak bisa tidur begitu pula adikku yang terus saja merintih karena kesakitan. 

Bukan perasaan lega yang aku dapatkan tapi rasa bersalah dan marah berkecamuk di dalam diriku. Aku sudah tidak tahan lagi, aku kakaknya kenapa aku yang di lindungi oleh adikku.

Melihat punggungnya yang terlukan, tubuhku seakan tidak bisa aku kendalikan aku menangis dan meraung. “SeARGHT!!” bahkan untuk memanggil namanya pun aku tidak bisa. Aku menjambak rambutku sendiri sampai akhirnya tangan kecilnya menutup mulutku.

“Sudahlah gé semua sudah terjadi, untuk apa kau menangis?” aku terkesiap mendengar perkataannya yang tenang. Mulai dari hari itu aku selalu membenci diriku sendiri karena tidak memiliki cukup keberanian untuk mengaku. Bahkan aku tidak akan lupa bagaimana wajah adikku yang melindungiku. Padahal dia berusia 8 tahun sedangkan aku 11 tahun.
~~

Perbeda tiga tahun membuat keluarga kami kerepotan. Adikku lulus SMP dan dia diterima disalah satu SMA dipusat kabupaten. Bersamaan denganku yang diterima disalah satu universitas provinsi.

Pada malam itu aku memandang surat penerimaanku dengan resah. Aku menemukan ayahku sedang duduk dihalaman sambil menghisap rokok tembakau, bukan hanya batang demi batang tapi bungkus demi bungkus sudah dia habiskan. Tanpa sengaja aku diam diambang pintu, mendengar ayah mendesah dengan mulut mengeluarkan asap rokok. “Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik” dia mengambil asbak dan menaruh rokok yang sudah habis dihisapnya. “hasil yang begitu baik,” gumamnya, kini dia mengambil sebatang rokok lagi.

Ibu mengusap air matanya dan menghela nafas. “Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai mereka berdua sekaligus?”

Tiba-tiba Sehun menghampiri ayah dan berkata. “Ayah, aku tidak mau melanjutkan sekolah lagi, aku sudah cukup banyak membaca buku.” Mendengar perkataan adikku, ayah menatap adikku tajam dengan mata menggelap.

PLAK!

Satu tamparan keras mengenai wajah adikku. “Kenapa kau memiliki jiwa lemah seperti ini?!” hardiknya, sedangkan Sehun dan ibuku hanya menundukkan kepala. “Bahkan jika ayah harus mengemis dijalanan akan ayah lakukan demi menyekolahkan kalian berdua sampai selesai!!” Saat itu juga ayahku langsung mengetuk pintu satu demi satu rumah untuk meminjam uang.

Aku berjalan mendekati adikku dan mejulurkan tanganku untuk mengelus pipinya dengan hati-hati. Dia meringis saat tanganku menyentuh kulit pipinya yang membengkak. “Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya, kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan.”

Gégé, juga laki-laki kan?” aku cukup terkejut dengan perkataannya.

“Tentu saja,” ujarku sambil tertawa kaku. Melihatnya menatapku seperti itu. Saat itu juga aku memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikanku ke universitas.

Tapi siapa sangka keesokan harinya, sebelum mentari datang. Adikku meninggalkan rumah dengan beberapa pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap tanpa sepengetahuanku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku.

Ge, masuk ke universitas tidaklah mudah.
Aku akan pergi mencari kerja dan mengirimkanmu uang.

Air mataku kembali mengalir begitu deras sampai-sampai mataku membengkak. Tahun itu Sehun berusia 17 tahun. Dan aku 20 tahun.
~~

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh warga desa dan uang yang adikku kirimkan dari hasil kerja  kuli sebagai pengangkut semen dipunggungnya di lokasi konstruksi. Akhirnya aku bisa sampai di tahun ketiga universitas.

Beberapa kali aku menghela nafas menatap buku yang aku baca. Tidak, aku tidak akan menyerah melihat perjuangan keluargaku. Aku hanya perlu belajar. Beruntung aku mendapatkan sebuah apartemen murah  walau pun lumayan jauh dari universitas.

Tok! Tok! Tok!

Aku terlonjak kaget saat mendapatkan seseorang mengetuk pintu kamarku.

“Yixing?”

“Ada seorang penduduk desa menunggumu diluar,” ujarnya dan masuk ke dalam kamar begitu saja. Saat aku bertanya siapa nama penduduk desa yang menungguku dia hanya mengangkat kedua bahunya dan merebahkan tubuhnya diatas kasur.

Sambil berjalan ke luar aku terus berpikir, kenapa ada seorang penduduk desa yang mencariku?

DEG!

Betapa kagetnya aku, ternyata penduduk itu adalah adikku sendiri, seluruh badanya kotor tertutup debu semen dan pasir.

“Sehun-na?”

“Luhan-gé!” aku masih bisa melihat senyumannya walau pun ditutupi debu.

“Kenapa kau tidak bilang pada teman sekamarku kalau kau itu adikku?”

Dia malah tersenyum mendengar pertanyaanku dan menjawab. “Lihat bagaimana penampilanku,” ujarnya sambil membandingkan baju yang ia pakai dengan baju yang aku pakai. “Apa yang akan dia pikirkan jika dia tahu aku adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?”

Aku menatapnya miris, selalu saja dia membuat air mataku menggenang. Tanganku terulur untuk menyapu semua debu yang mengotori wajahnya. Tenggorokanku terasa tercekat saat melihatnya masih tersenyum. “Aku tidak peduli dengan omongan siapa pun!” dia sedikit tersentak kaget karena aku membentaknya. “Kau itu adikku! Mau bagaimana pun juga penampilanmu, kau itu tetap adikku!!”

Dia tidak merespon kata-kataku malah merogoh tas yang sudah sangat lusuh dan mengeluarkan sesuatu. Mataku membulat sempurna saat dia memakaikanku sebuah topi  berwarna hitam.

“Sebentar lagi musim panas, aku rasa gege membutuhkannya,” aku hanya bisa terdiam. Lihat penampilannya, bahkan dia kesini pun tidak memakai topi dengan cuaca seterik ini. Aku tidak bisa menahan diriku sendiri untuk tidak memeluknya. Saat itu juga aku menangis. “Bukankah gégé pernah bilang seorang laki-laki tidak boleh menangis?” aku tidak peduli dengan kata-katanya aku hanya bisa menangis sambil memeluknya.

Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.
~~

Saat pertama kali aku membawa pacarku ke rumah. Aku cukup tertegun melihat kaca jendela yang pecah sudah diganti. Rumahku yang biasanya lumayan berantakan sudah bersih dimana-mana. Aku tidak bisa menghentikan senyuman diwajahku saat aku menghampiri ibuku.

“Bu, sebenarnya ibu tidak perlu membuang waktu dan tenaga untuk membersihkan rumah kita,” ujarku sambil memeluknya dengan erat.

Tapi ibuku hanya tersenyum kecil dan berkata, “Sehun” ucapnya pelan. “Dia pulang lebih awal untuk membersihkan rumah,” aku mengerjapkan mataku sambil melepaskan rengkuhanku. “Apa kau tidak lihat luka ditangannya? Dia terluka karena memasang kaca jendela baru.”

Mendengar perkataannya aku langsung berjalan menuju kamar adikku. Saat aku masuk ke kamarnya aku langsung melihat raut wajahnya yang kusut. Aku merasa beratus-ratus jarum menusukku.  Aku keluar dari kamarnya dan mencari kotak obat.

“Kau yang membetulkan jendela itu?” dia mengangguk. Aku menarik tangannya dan mengoles sedikit salep pada luka di telapak tangannya dan membalutnya dengan kasa. “Apa itu sakit?” tanyaku heran karena dia sama sekali tidak meringis kesakitan.

“Tidak, tidak sakit,” ujarnya dengan datar. “Kau tahu gé? Ketika aku bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak mengghentikanku bekerja dan

Ditengah kalimat ia berhenti karena melihat mataku kembali mengeluarkan air mata. Aku itu kakaknya tapi kenapa lagi-lagi adikku yang harus menimpa nasib seperti ini? Harusnya aku yang menjaganya.

Waktu itu adikku berusia 23 tahun dan aku 26 tahun.
~~

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Sudah sering kali aku dan istriku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tapi mereka tidak pernah mau.

“Jika ayah dan ibumu meninggalkan desa ini, kami tidak tahu harus mengerjakan apa disana,” ujar ayahku dengan senyuman dan anggukan dari ibuku. Tapi aku tidak menyerah, namun dengan sangat halus adikku berkata, “Gé, jagalah mertuamu saja. Aku akan menjaga ayah dan ibu disini.”

Prestasiku dalam bekerja membuatku mendapatkan pangkat sebagai  direktur sebuah pabrik. Aku dan istriku menginginkan Sehun mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut.

Ia bersikeras memulai bekerja sebagai reparasi. Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, entah apa yang salah ia malah mendapatkan sengatan listrik dan terjatuh. Untung saja rekannya membawanya langsung ke rumah sakit.

“Mengapa kau menolak menjadi manager?” keluh istriku saat kami menjenguknya.

Melihat gips putih pada kakinya aku menatapnya dengan tajam. “Kau tahu? Manager tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini,” adikku hanya menatapku tanpa ekspresi. “Lihat dirimu sekarang, luka yang kau dapatkan begitu serius.”

“Mengapa kau tidak mau mendengar kami sebelumnya Sehun-na?” tanya istriku dengan lembut.

“Pikirkan dirimu dan kakak ipar gé kau baru saja jadi direktur dan aku hampir tidak berpendidikan. Jika aku menjadi  menejer, berita apa yang akan tersebar?” mendengar perkataannya mata istriku dipenuhi dengan air mata.

Dengan terbata-bata aku akhirnya mengatakannya juga, “Tapi, kau kurang pendidikan juga karena aku!”

“Kenapa membicarakan masa lalu?” kemudian dia menggenggam tanganku.

Yah~ saat itu dia berusia 26 dan aku 29.
~~

Akhirnya waktu itu tiba, adikku kini berusia 30 tahun ketika ia menikahi seorang gadis petani dari desa kami.

Dalam acara pernikahan adikku, pembawa acara dalam pernikahannya bertanya padanya. “Siapa yang paling kau hormati dan kasihi?”

“Kakakku.” Tanpa berpikir panjang dengan spontan dia menjawab. Ia melanjutkan dengan sebuah cerita yang bahkan tidak dapat aku ingat. “Dulu ketika kami masih SD, sekolah kami berada di desa yang berbeda. Setiap hari kakakku dan aku berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, aku kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari miliknya.  Dia rela hanya memakai satu sarung tangan dengan berjalan sejauh itu. Ketika sampai di rumah, tangannya begitu gemetar karena cuaca yang begitu dingin sampai-sampai dia tidak dapat memegang sumpit. Sejak hari itu aku bersumpah. Selama aku masih hidup, aku akan menjaga kakakku dan baik kepadanya.”

Tepuk tangan memenuhi ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya padaku. Seolah kerongkonganku mengering dengan susah payah akhirnya aku mengucapkannya, “Dalam hidupku, orang  yang seharusnya selalu aku ucapkan terimakasih adalah adikku.” Dan dalam moment yang paling indah untuk kami semua. Tepatnya di depan seluruh tamu pernikahan adikku. Air mataku kembali mengalir melintasi kulit wajahku seperti sungai.

END.OVER
~~

Gimana? Gimana?

Oke gimana menurut kalian? Kurang greget yah? Soalnya versi originalnya, kakaknya perempuan bukan laki-laki.

posted under , | 0 Comments
Postingan Lama

In time

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

My world

Tentang semua pemikiran yang terkadang nyeleneh, gak guna tapi berkesan.

Tentang semua yang ditangkap mata, didengar telinga, dan dirasakan oleh anggota tubuh mengenai peristiwa yang ada disekitar.

Bukan hal yang berbobot tapi cukup berguna untuk dipikirkan
.

Recent Comments